Cerita, Storytelling With Data
Manusia saling bercerita sejak era Cro-magnon, era prasejarah yang dipercaya sebagai bentuk awal manusia trah Homo sapien, kurang lebih 40 ribu tahun silam.
Cerita yang pada awalnya digunakan untuk menyampaikan pesan moral akhirnya didokumentasikan dalam lukisan-lukisan
dalam goa. Cerita berkembang sampai sekarang, abad modern ini. Selama beberapa tahun terakhir, pengemasan informasi melalui sebuah cerita telah berkembang pesat. Bercerita, maupun mendongeng, adalah cara kita sebagai manusia untuk selalu memahami diri kita sendiri, juga dunia tempat kita tinggal.
Dalam hal bercerita, kita semua terbiasa dengan alur cerita tradisional yang terdiri dari awal, tengah, dan akhir. Kita semua juga pasti tahu unsur-unsur sebuah cerita yang membangunnya sebagai satu kesatuan.
Setelah menciptakan
karakter, membuat konflik, sehingga bisa menentukan premis, saatnya penulis
menyusun cerita. Sederhananya cerita adalah narasi kejadian-kejadian. Seperti
yang kita lakukan jika bertemu dengan kawan lama, kita akan bertanya tentang
apa saja yang mereka lakukan selama kita tidak bertemu dengannya. Dia akan bercerita.
Cerita sendiri berarti rangkaian peristiwa yang terhubung yang diceritakan melalui kata-kata (tertulis atau lisan), gambar (diam dan bergerak), bahasa tubuh, atau bentuk komunikasi lainnya. Seseorang dapat menceritakan sebuah cerita tentang apa saja, dan peristiwa yang dijelaskan dapat menjadi nyata atau imajiner. Ada cerita tentang segala sesuatu di latar sepanjang waktu; masa lalu, sekarang, juga masa depan. Dengan demikian, cerita sangat bernilai bagi budaya manusia, dan merupakan bagian tertua dan terpenting dari kehidupan.
Pada awal 2009, dua jurnalis Rob Walker dan Joshua Glenn pergi ke toko barang bekas dan pasar loak di kota New York, mencari 100 barang rongsokan yang tak punya nilai sama sekali. Semuanya bukan barang antik yang akan menarik perhatian orang, seperti lencana timah tua, kotak lilin ulang tahun yang tidak terpakai, dan kunci yang hilang dengan rata-rata harga tak mencapai dua dolar.
Pada tahun yang sama beberapa bulan kemudian, dua pria tersebut berhasil menjual kembali semua barang itu di eBay.
Total harganya? Lebih dari tiga ribu dolar. Nah, apa yang terjadi sampai-sampai rongsokan tersebut memiliki peningkatan nilai jual sebesar 2.799 persen?
Pada saat Walker dan Glenn meluncurkan Proyek Objek Signifikan mereka, sebagian besar tulisan mereka memiliki tema umum seputar pertanyaan tentang apa yang memberi nilai pada objek. Gagasan Walker dan Glenn adalah bahwa nilai emosional yang berasal dari menempelkan sebuah cerita ke sebuah benda begitu kuat. Untuk menjual rongsokan tersebut, alih-alih membuat deskripsi barang yang standar, Walker dan Glenn malah mengunggah cerita fiksi pendek untuk tiap barang tersebut dilelang di eBay.
Eksperimen ini juga bukan hanya bercerita, melainkan juga mengundang orang untuk berpartisipasi dalam cerita-cerita itu. Kalau Anda sadar, hal serupa terjadi pada saat sebuah brand berhasil memberi penonton perasaan bahwa mereka menjadi bagian dari sesuatu yang penting bagi sebuah produk atau barang. Dan melalui eksperimen di toko barang rongsokan di New York ini, terbukti bahwa tidak ada sarana yang lebih baik selain melalui sebuah cerita.
Cerita adalah, telah, dan akan selalu menjadi bagian mutlak dari budaya manusia. Cerita adalah bagaimana kita belajar tentang satu sama lain, juga tentang masa lalu, serta budaya kita, cerita di dunia telah hidup berdampingan dengan penuturnya, untuk setiap orang yang pernah hidup.
Namun, darimana datangnye Certa?
Penulis J.K. Rowling yang dikenal luas dengan novelnya Harry Potter pernah mengalami kesulitan keuangan, dan penolakan yang tak terhitung jumlahnya. Kala sukses dalam kariernya, ia memberi nasihat cemerlang dalam membuat cerita.
“Tuliskan apa yang Anda ketahui: kepentingan, perasaan, keyakinan, teman, keluarga, dan hewan peliharaan Anda sendiri akan menjadi bahan mentah Anda saat mulai menulis. Kembangkan kesukaan untuk menyendiri, karena menulis adalah salah satu profesi paling sepi di dunia.”
Sementara itu, penulis fiksi ilmiah terkenal Stephen King menjelaskan bahwa yang paling penting dalam menulis adalah merayu agar pembaca terpikat, jadi cerita sebaiknya tidak kaku dalam menggunakan tata bahasa.
“Uraian diawali dalam imajinasi penulis, tapi harus mengena di benak pembaca,” tulis King.
Kalau gaya Shakespeare, kebanyakan plot ceritanya relatif sederhana. Ketegangan dan kesenangan dalam sebuah cerita muncul ketika sebuah masalah diperkenalkan pada karakternya. Melalui banyak lika-liku, sebuah resolusi tercapai; kadang bahagia, sering tragis.
Begitu banyak tips hebat dari penulis-penulis fenomenal tentang bagaimana sebuah cerita sebaiknya dirangkai dan disampaikan, tetapi buku ini akan memberi satu tip yang dapat menyampaikan informasi dengan lengkap melalui narasi yang menarik. Ini meliputi kemampuan untuk membuat cerita menarik yang dapat mempengaruhi audiens serta memberikan informasi penting untuk membuat keputusan terbaik.
