Penerapan Storytelling With Data, Storytelling With Data
Serba data, di mana-mana data—tetapi tidak semua profesional bisnis paham tentang data, tidak banyak para pebisnis yang memiliki literasi data, apalagi tentang Penceritaan Data (Storytelling with Data). Setidaknya inilah pengamatan saya 15 tahun belakangan ini, setiap kali mengajar aplikasi Office: Microsoft Excel dan Microsoft Powerpoint, peserta pelatihan hanya terbiasa membuat dan meyajikan data yang dingin, kaku dan gitu-gitu saja—tidak heran bila data dipresentasikan, tidak mudah dipahami dan tidak menarik.
Di sekolah, kita belajar Matematika dengan mengenal angka lalu menjumlahkan, mengalikan dan seterusnya—demikian pula, kita belajar Bahasa dengan menyusun kata menjadi kalimat dan cerita, tetapi kita tidak diajar untuk memadukan dua ilmu ini, Matematika dan Bahasa, kita tidak diajarkan bercerita dengan data. Ini barangkali salah satu penyebabnya.
Nah, anggap saja setelah membaca dan memahami tulisan sebelum ini—sekarang Anda sudah lebih ‘data literate’—saatnya Anda mempelajari keterampilan Penceritaan data.
Dalam bukunya Data Story yang diterbtikan pada tahun 2019—Nancy Duarte dan tim ahlinya menggambarkan perbedaan Data dengan Cerita dengan apik, menarik, dan cerdas.
Data bersifat faktual dan obyektif—sedangkan Cerita justru sebaliknya, ia bersifat hangat, emosional. Ketika keduanya dipadukan dan dipresentasikan, maka ini akan menarik perhatian audiensnya.
Data VS Story oleh Nancy Duarte
…
Storytelling with data adalah mengomunikasikan pesan-pesan bermakna (insights) secara efektif, memberikan Data suara atau membuat Data bersuara. Storytelling with Data menceritakan data melibatkan setidaknya beberapa hal: Data, Narasi, Visual, Alur cerita, Tokoh cerita, Keseruan/outliers dan Pesan Akhir/ Ringkasan.
Dengan beberapa obyek tersebut, dapat disimpulkan bahwa Penceritaan Data adalah menyajikan data menggunakan struktur cerita dengan menitikberatkan pada data, visual, dan narasi.
Penceritaan data membutuhkan beberapa keahlian, antara lain: membetulkan data mentah, menganalisis dan memvisualisasikan data. Membetulkan data (data smoothing) termasuk mengurangi informasi yang tidak dibutuhkan (decluttering).
Dalam Penceritaan Data, kita akan memperhatikan dua (2) hal, yaitu 1) gaya atau cara berbicara, dan 2) sajian presentasi atau visualisasi kita.
Presentasi akan mudah memikat audiensnya bila salah satunya dilakukan dengan teknik Penceritaan data. Berikut adalah contoh perbedaan antara presentasi biasa dengan presentasi gaya bercerita.
Sebagai contoh, misalnya Anda harus menyajikan data “Peningkatan Kasus Positif Covid 19 di Jakarta”—
Secara umum Anda akan menyiapkan visualisasi data dalam tabel dan chart , dan beberapa visual.
Pada hari presentasi, Anda menggunakan layar proyektor Anda menampilkan slide, melihat slide dan mulai berbicara:“Selamat pagi Bapak/Ibu, (setelah memberi salam), “Saya ingin menyampaikan informasi terkait Data Peningkatan Kasus Positif Covid-19 di Jakarta, mari kita lihat datanya, dan Anda melanjutkan menjelaskan, kemudian membuka sesi tanya jawab dan menutup sesi presentasi. Bila saya bertanya dan meminta kepada 20 orang, maka bisa jadi hanya empat orang yang akan melakukan presentasi dengan cara berbeda, lainnya—atau 16 orang akan melakukan cara yang sama seperti Anda.
Presentasi dengan gaya “data storytelling” seharusnya menjadi sangat berbeda. Gaya presentasi ini menggunakan struktur Cerita, yaitu:
Plot – Character –Twist dan End.
Berikut adalah salah satu cara dan contoh melakukan presentasi dengan gaya bercerita.
Persiapan: Menggunakan aplikasi Microsoft Excel, Anda akan mengubah tabel data kedalam visualisasi yang bercerita*, Anda akan membuat/ memdapatkan foto-foto tentang kota Jakarta (sebagai salah satu tokoh utama), foto bagaimana seseorang menderita karena Covid-19, bagaimana seorang anak yang ditinggalkan kedua orangtuanya karena Covid-19, dan gambar/foto lain yang asli, original dan baru. Kemudian, bila Anda mengganggap presentasi Anda ini sangat penting, luangkan untuk ‘bepergian’ ke kota lain yang tidak mengalami pandemi dan kota dengan kasus paling banyak.
Pada hari presentasi, ini adalah saat yang penting, dengan asumsi Anda sudah memyiapkan ‘props’ tersebut:
Anda menampilkan sebuah foto suatu tempat di Dogiyai-Papua, suatu tempat/ situasi di Sumba Tengah, suatu lokasi di Makassar yang unik, beberapa lokasi di tengah dan sudut kota Jakarta, kemudian Anda berdiam sejenak, dan membiarkan audiens Anda berpikir tentang foto-foto tersebut, setelah beberapa saat, Anda menghampiri komputer Anda, menekan tombol B atau W pada keyboard yang akan membuat layar menjadi hitam atau putih, kemudian Anda berjalan ke tengah ruangan.
Saya jamin hampir semua audiens Anda akan memperhatikan Anda.
Foto Dogiyai sampai foto-foto sudut kota Jakarta adalah contoh Characters atau tokoh pemeran presentasi Anda, pastikan foto dan gambar ini unik, baru/ segar. Struktur cerita kedua, Characters ini penting sebagai anchor cerita presentasi kita. Cara menemukan Characters dalam presentasi Anda adalah dengan menetapkan kata/ obyek yang dominan dan sering diucapkan. Ikuti kelas-kelas pelatihan sejenis agar Anda menjadi fasih menemukan Characters dalam presentasi Anda.
Kita lanjutkan presentasi kita, setelah kita menekan tombol B atau W di keyboard komputer Anda, Anda memAndang audiens (spraying) dan Anda mulai bercerita:
“Enam hari yang lalu saya pergi ke Makassar, sesampai di bAndara, saya bergegas menemui seseorang yang menjemput saya, keesokan harinya saya bertemu dengan beberapa tenaga Kesehatan di sana….”
Di sini otak audiens Anda melepaskan hormon oksitosin—hormon yang membuat mereka empati dan fokus kepada Anda,
Mengapa?
Ini karena Anda memulai presentasi Anda dengan eksposition, dengan plot yang dimulai dengan waktu dan tempat.
Hampir semua cerita dimulai dengan exposition, dimulai dengan “Once upon a time, in a village…” atau “Pada suatu hari, di sebuah desa….”
Exposition adalah elemen penting dari Plot, yang merupakan satu dari empat struktur cerita (Plot, Character, Twist, End), umumnya, semasa kecil kita diberi cerita oleh orangtua, kakak, pengasuh kita, dan mereka mulai dengan ‘Pada suatu hari….” Ketika mendengar kalimat itu, kita duduk menyimak dengan saksama.
Melanjutkan presentasi tadi, setelah memulai cerita dari Makass ar dan menceritakan bagaimana kasus Covid-19 di sana, Anda merujuk ke gambar, foto yang di awal sudah ditampilkan, dan Anda mulai ‘mengikat’ audiens Anda dengan pertanyaan, “Di manakah foto-foto tersebut?”
Plot berlanjut ke kota Denpasar dan berakhir di kota Jakarta, di mana Anda akan menampilkan foto Jakarta yang belum pernah dilihat oleh audiens Anda, dan Anda mulai menyajikan data tentang Penambahan Kasus Positif Covid-19.
Anda sudah berhasil mengikat audiens Anda di awal, jangan sampai perhatian audiens Anda berpindah ke hal yang lain. Oleh karena itu, tampilkan Keseruan data (Twist) dan beberapa keseruan itu jangan dituntaskan agar muncul rasa penasaran.
Twist ini misteri, salah satu elemen penting cerita, ini yang membuat para ibu-ibu penasaran dengan kisah Layangan Putus, mereka selalu tidak sabar dan ingin cepat-cepat melewatkan pariwara/ iklan ketika episodenya diinterupsi.
Saya ingin memfokuskan sekali lagi pada unsur misteri dalam cerita data Anda. Misteri yang adalah satu bentuk Twist atau Keseruan masuk pada unsur ketiga dari struktur cerita (plot-character-twist-end).
Hampir semua data mengandung misteri dan keseruan, masalahnya, tidak semua keseruan ini lansung terlihat, pada tabel Microsoft Excel, kita harus menggunakan beberapa fitur dan formula, beberapa diantaranya adalah Pivot, Slicer, Filter, Sort, IF dan SUMIF. Anda perlu cermat menemukan outliers pada data Anda untuk ditampilkan.
Bicara data, untuk memunculkan keseruan dan misteri, Anda harus menggali data, mengekstrak, analisis, dan visualisasikan.
Dalam cerita di atas, “Penambahan Kasus Posisif Covid-19”, Anda dapat mengumpulkan data kasus Covid-19 terkecil dan terbesar, dan ini menjadi outliners.
Presentasi Anda harus berakhir, bagian ini adalah bagian resolution, bagian yang mengandung solusi, pesan penting.
“Bapak dan Ibu, data ini bukan sekadar angka, ini pengorbanan dan perjuangan demi nyawa. Mari kita lebih peduli dengan pandemi ini. Silakan tindak lanjuti presentasi ini dengan rencana tindak lanjut di tempat Anda masing-masing.”