Plot-Character-Twist-End, StorTidak penting apakah Anda punya konsep yang bagus, tokoh yang tenar, pesan yang bagus—bila tidak dimasukkan kedalam Plot, Anda tidak punya cerita.

Hampir semua cerita mempunyai empat struktur cerita: Alur-Tokoh-Keseruan-Akhiran. Cerita pasti punya episode atau Plot, namun demikian Plot bukan sekedar urut-urutan cerita, sebuah Plot yang menarik berisi interupsi, turning-point, yang menimbulkan momen dramatis, pertanyaan—yang terjawab pada episode selanjutnya.

Pada cerita rakyat Lutung Kasarung, Plot dimulai ketika seorang Raja yang sudah merasa tua renta harus menyerahkan tahtanya kepada anaknya, kebetulan dia mempunyai dua putri—Purbararang dan Purbasari. Sang Raja setelah membuat pertimbangan akhirnya menyerahkan tahtanya kepada Purbasari, adik Purbararang. Purbararang sedih dan berpikiran jahat. Plot selanjutnya, Purbasari menemui Ratu jahat, penyihir dan meminta untuk membuat onar di acara penganugerahan. Certia masih berlanjut.

Plot setidaknya berisi Exposition, menetapkan lokasi cerita perkenalan tokoh dan mengenalkan sekilas kisah keseluruhan termasuk konflik, kemudian Rising action, umumnya insiden, masalah dan sejenisnya yang menimbulkan keseruan atau ketegangan, lalu Climax, puncak kegagangan di mana konfik ditangani/diatasi tetapi belum tuntas. Di sini cerita menimbulan penasaran audiensnya. Kemudian Falling action, pada bagian Plot ini, masalah teratasi, tetapi masih memicu menimbukan masalah/ konflik lain, dan Resolution, di mana cerita harus berakhir dengan happy atau tragis. Pesan-pesan tertentu dapat ditarik dari plot akhir ini.

Cerita harus mempunyai Character/ Tokoh. Tokoh dalam cerita adalah pemeran-pemerannya. Dalam cerita umum—ada tokoh-tokoh utama yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis yang diperankan oleh artis-artis top sehingga tidak sedikit orang mengikuti cerita, pergi ke bioskop karena terpikat dengan pemerannya, bukan karena ceritanya.

Cerita mutlak berisi Twist atau keseruan. Anda pasti kecewa dengan sebuah cerita….

“Tentang seorang pria lajang menemui seoarang wanita yang diimpikan dan wanita itu juga jatuh hati padanya, lalu mereka berpacaran yang berlanjut ke pelaminan, punya anak dan mereka hidup bahagia selamanya.”

Umumnya Twist atau keseruan-keseruan cerita inilah yang membuat audiensnya fokus dan penasaran, apalagi bila kelanjutan ceritanya disambung di hari lain (sinetron)

Tanpa keseruan sebuah cerita menjadi dingin dan tidak dikenang.

Akhirnya cerita harus berakhir—baik berujung ke “happy-ending” atau ke “tragic-ending” semua pasti punya kesan dan pesan, dan beberapa kesan dan pesan ini dapat membentuk perilaku seseorang, kadang sesaat ada juga yang berjangka panjang—semisal, seseorang yang setelah menonton “Sky Falls” James Bond, ia selalu bangga mengenakan jam tangan Omega Seamaster.

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana sebuah cerita dianalisa dan dimasukkan dalam table Plot-character-twist-end:

PlotCharacterTwistEnd
Seorang pengrajin mainan, yang tidak mempunyai anak–membuat boneka kayu dan herharap suatu hari boneka itu  menjadi anak yang nyata.Pinnochio, Gepetto,
Strombolli
Pinnochio bergerak, dan berjalan; Pinnochio bisa berbicara; Pinnochio meninggalkan rumah, bertemu Stromboli; Pinnochio berbohong.    Gepetto menemukan Pinnochio yang hilang, Pinnochio dirubah Peri menjadi manusia..      

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *