Oleh karena peran dan tanggungjawab Supervisor dan Manajer mengalami perluasan hingga menjadi Trainer atau Coach—maka Organisasi berkewajiban memberikan mereka pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam mengajar.
Train The Trainers telah merancang sebuah program pengembangan pelatih menggunakan tehnologi pendidikan terkini, yang salah satunya adalah berubahnya penekanan—dari Penyampaian ke penekanan Penerimaan.
Tehnologi baru lainnya adalah pentingnya seorang trainer mengetahui learning momentpembelajar—untuk memastikan materi pelatihan diserap pada waktu yang tepat.
Ketrampilan lain yang perlu dimiliki oleh para Trainers adalah ketrampilan membuat bahan presentasi dengan multimedia—yang berarti juga multisensor. Ketrampilan dasar yang fundamental lainya adalah kemampuan menyajikan energizers setiap 20 menit—yang akan memastikan kelas pada kondisi full reception.
Belajar adalah menciptakan adalah sebuah metode terkini yang menjamin peserta pelatihan membawa ciptaannya keluar kelas dan menjadikannya sesuatu yang bermakna (experiential learning)
Belajar adalah proses—dengan memegang prinsip ini, diharapkan setiap Trainer menjadi trainer bukan hanya di kelas-kelas pelatihan melainkan juga di tempat kerja (build-in Training)
Why TTT?
Mengapa supervisor harus melatih? Peran supervisor dan manajer telah mengalami perluasan tidak hanya sebagai pemimpin saja tetapi juga sebagai coach dan internal trainer. Peran internal trainer terbukti efektif dalam membangun kemampuan belajar dan semangat belajar serta memelihara kompetensi yang disyaratkan oleh perusahaan, pelanggan dan pihak yang berkepentingan lainnya.
TTT didisain khusus bagi para kepala seksi, supervisor dan manajer perusahaan yang akan dan baru memasuki dunia pelatihan. TTT memperlengkapi mereka dengan wawasan pentingnya pelatihan, pentingnya mengetahui kebutuhan pelatihan dan program pengembangan lainnya dan membekali dengan ketrampilan menyajikan pelatihan dengan berbagai metode-salah satunya adalah metode experiential learning.
Komponen pembelajaran termasuk didalamnya adalah standar International ISO 10015 dan ISO 9001:2008 (Training Management) dan beberapa standar terkait lainnya.
Experiential Learning (EXL), Quantum Learning
Mengapa peserta pada training ini perlu memahami experiential learning?
Belajar cara EXL adalah belajar dengan melakukan-dengan berpartisipasi secara aktif. Experiential Learning adalah pembelajaran praktik langsung—dengan bereksperimen, mencoba berbagai pendekatan, menemukan apa yang sesuai untuk peserta dengan melakukannya sendiri, cara ini memungkinkan peserta mengalami, menemukan pada tingkat fisik, emosi dan intelektual.
Melalui penggunaan teknik Quantum Learning, peserta menggunakan multi-channel sensor untuk meresap dan menerima informasi untuk diolah otak. Ketika peserta mengalami dan menemukan manfaat melalui multi-channel sensor, itulah belajar cara experiential learning.
Belajar adalah waktu
Belajar akan menjadi efektif dan optimal apabila disampaikan pada waktu yang tepat. Informasi pelajaran diserap oleh peserta pelatihan melalui beberapa kanal sensor—mulai dari mata, telinga, hidung, kulit, dan ’rasa’
Siapa yang bisa menjamin bahwa ketika anda mulai mengajar pada pukul 9 pagi, peserta anda juga mulai belajar pada jam yang sama? Pernahkah anda berpikir bahwa ketika anda memulai mengajar pada pukul 09.00, peserta anda mulai belajar pada Pk. 11.00?
Belajar adalah berkreasi
Harus kita sadari bahwa pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang pembelajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi. Presentasi diadakan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama.
Pada pelatihan ini, Fasilitator juga akan menyajikan fakta-fakta mengapa selama ini belajar tidak dijalankan semestinya sehingga training dianggap sebagai sesuatu yang menghabis-habiskan uang.
Belajar adalah proses
Pelatihan menjadi efektif apabila diperlakukan sebagai suatu proses yang tak berujung. Oleh karena itu, organisasi yang masih mengganggap pelatihan sebagai sebuah event–pelatihan hanya akan menghabiskan sumberdaya finansial, dan pada akhirnya dirasa tidak bermanfaat.
Pelatihan ini memfasilitasi peserta untuk membuat alat evaluasi keefektifan pelatihan dan ketrampilan membuat atau merancang lingkungan belajar setelah pelatihan.
Manfaat mengikuti pelatihan ini
Program ini memberikan beberapa manfaat yang siknifikans kepada setiap pesertanya, manfaat-manfaat tersebut antara lain,
- peserta memahami arti dan proses belajar
- peserta mampu mengenali kebutuhan belajar bawahan terhadap kondisi organisasi, termasuk menggunakan beberapa alat assessments
- peserta paham fungsi internal trainer Perusahaan
- peserta paham bagaimana orang dewasa belajar dan paham bahwa training adalah suatu proses yang tak berujung
- peserta menguasai beberapa teknik penting penyajian pelatihan dan memiliki keperpercaya diri (self esteem)
- peserta bisa membuat rencana pembelajar berbasis peserta aktif dan kreatif
- peserta mampu menciptakan suasana nyaman dan semangat dalam kelas pelatihan, termasuk didalamnya memanfaatkan game untuk mempercepat penerimaan.
Peserta dapat melakukan evaluasi keefektifan pelatihan termasuk menggunakan beberapa alat evaluasi - peserta mampu menggunakan teknologi pembelajaran terkini, misalnya neuro linguistic programming, experiential learning, contectual learning and teaching, accelerated learning, creativity in teaching dan multimedia presentation
Teknik ini memampukan trainer,
- membangun connectedness dan rapport dengan peserta—sesuatu yang penting dilakukan di sesi awal training;
- merubah informasi menjadi suatu realitas dalam pikiran,
- mendisain pelatihan berbasis cara kerja otak
- peserta mendapat kesempatan berpraktik mengajar minimal tiga kali dan mendapat bermacam feedback dari fasilitator, peserta dan dari pihak lain (observer dan assesor)
- Peserta mampu merancang bahan presentasi yang animatif dan bersuara menggunakan MS Powerpint 2007-2016
Garis Besar Program
- ISO 10015 Training Management Systems (overview)
- SKKNI Stándar Pelatihan (overview)
- Asas dan Proses belajar (HHH-head-hand-heart)
- Merancang Sesson Plan sesuai profil peserta
- Merancang bahan belajar secara multimedia (Flipchart, Whiteboard, Pinwall, Slide Powerpoint.
- Mengetahui momen belajar
- Teknik penyampaian konvensional vs a la TTTI
- Merancang program berbasis peserta kreatif
- Membangun Rapport
- Memodifikasi permainan Pelatihan, Icebreakers, Energizers dengan SWIM
- Mahir dengan flipchar Hipnoflip
- Menangani pertanyaan dan keluhan dengan TRACT
- Canggih dengan MS Powerpoint 2007/2013
(Prospectus terlampir) - Sepuluh tips membuat perubahan setiap 20
menit
Metode Pelatihan
Teori 15% Praktik 85%
Setelah berlatih pada setiap program, setiap peserta diwajibkan membuat program pelatihan (berkoordinasi dengan Training manager perusahaan), setiap peserta menerima training log book yang berisi formulir training plan, lesson plan, evaluasi/feedback dan formulir terkait lainnya.
Selama mengikuti program pelatihan, peserta dapat menghubungi failitator setiap kali menemui kendala di dalam atau di luar kelas. Setiap kendala atau permasalahan direkam oleh Fasilitator untuk menjadi bahan pelatihan berikutnya.
Video Tutorial
Beberapa program dan metode kami telah menjadikan kami berbeda dengan metode yang biasa diberikan—salah satunya adalah bahwa dalam setiap pelatihan TTTI, peserta/Panitia menerima video tutorial yang setiap saat dapat di-playback untuk keperluan refreshment atau retraining.
Video Tutorial berisi presentasi Fasilitator yang telah di-extract dan dapat menjadi bahan belajar berbasis video. Video Tutorial dibuat oleh Videa Indonesia yang berfokus pada pembuatan video organisasi (corporate visuals production). Videa Indonesia dan TTTI adalah kelompok Allman Indonesia.